Sebelum mengenal pria yang
akhirnya menikahiku di tanggal 13 Apri 1999, hingga usia 25 tahun, tak sekalipun aku menjalan hubungan
dengan pria yang biasa dikenal dengan istilah “pacaran”. Sejak kecil,
aku lebih banyak punya teman pria ketimbang teman perempuan. Aku merasa
berteman pria, dapat lebih bisa bicara apa adanya karena umumnya pria tidak
mudah tersinggung atau sakit hati.
Ketika aku bekerja di Marine
Science Education Project, Directorate Higher Education Project, Ministry of
Cultural & Education di Tahun 1994, ada seorang pria yang tertarik
padaku. Semula aku tidak terlalu perduli,
namun pria tersebut tak pernah gentar untuk mendekatiku. Ada saja yang dititipkannya lewat office
boy, entah itu coklat, lanting, brem,
snack lainnya, Itu dilakukannya setiap hari, pantang menyerah. Pernah juga,suatu ketika dia menunggui aku
yang sedang lembur hingga pukul 24:00.
Padahal kami tidak janjian, namun begitu aku turun ke lobby gedung,
sudah ada taksi yang menghampiri dan dia sudah ada di dalam taksi tersebut mengantarkan
aku pulang hingga ke Depok. Walau di
sepanjang perjalanan dari Jl. Jend Sudirman, Jakarta hingga ke rumah, aku tidak
sekalipun mengajak dia bercakap-cakap,
kecuali ucapan terima kasih ketika sudah tiba di rumah. Hal ini bukan sekali dua, dia lakukan tetapi
seringkali.
Hingga aku yakin, pria ini
adalah yang terbaik untukku. Yang mampu
menghadapi diriku yang sangat tak acuh dengan lingkungan yang aku tidak ingin
perdulikan. Pria ini mampu mendamaikan
hatiku ketika aku marah padanya, dia
bersedia mengalah hingga emosiku mereda, pria ini pun yang mampu membuatku
punya rasa segan dan sungkan, pria ini mampu berbagi suka dan duka denganku.
Dia memang jauh dari sempurna
dari pria impianku, yang kubayangkan jago main gitar, putih, berdagu nyakil dan
tanpa kumis. Namun dia punya begitu banyak kasih sayang dan cinta yang
senantiasa mengisi ruang hatiku. Kuberjanji akan menyayang, mengasih dan
mencintai dia selamanya.
Kami menikah dan tumbuh
bersama-sama dalam ketakwaan kami hanya padaNYA, mendidik ketiga buah cinta kami, berbagi rezeki
bersama, berbagi suka-duka, mudah-mudahan hingga ajal memisahkan kami, aamin.
Kami yakin, rezeki kami adalah rezeki berdua yang
diberikan Allah SWT dari segala penjuru yang tak pernah kita duga, sebagaimana
yang firmanNYA “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan
menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari
jalan yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah,
niscaya Allah mencukupkan keperluannya.” (Surah At-Talaq ayat 2-3)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar