Kamis, 06 Maret 2014

JANJI HATI


Sebelum mengenal pria yang akhirnya menikahiku di tanggal 13 Apri 1999, hingga usia 25 tahun, tak sekalipun aku menjalan hubungan dengan pria yang biasa dikenal dengan istilah “pacaran”.  Sejak kecil,  aku lebih banyak punya teman pria ketimbang teman perempuan. Aku merasa berteman pria, dapat lebih bisa bicara apa adanya karena umumnya pria tidak mudah tersinggung atau sakit hati.

Ketika aku bekerja di Marine Science Education Project, Directorate Higher Education Project, Ministry of Cultural & Education di Tahun 1994, ada seorang pria yang tertarik padaku.  Semula aku tidak terlalu perduli, namun pria tersebut tak pernah gentar untuk mendekatiku.  Ada saja yang dititipkannya lewat office boy,  entah itu coklat, lanting, brem, snack lainnya, Itu dilakukannya setiap hari, pantang menyerah.  Pernah juga,suatu ketika dia menunggui aku yang sedang lembur hingga pukul 24:00.  Padahal kami tidak janjian, namun begitu aku turun ke lobby gedung, sudah ada taksi yang menghampiri dan dia sudah ada di dalam taksi tersebut mengantarkan aku pulang hingga ke Depok.  Walau di sepanjang perjalanan dari Jl. Jend Sudirman, Jakarta hingga ke rumah, aku tidak sekalipun mengajak dia bercakap-cakap,  kecuali ucapan terima kasih ketika sudah tiba di rumah.  Hal ini bukan sekali dua, dia lakukan tetapi seringkali.

Hingga aku yakin, pria ini adalah yang terbaik untukku.  Yang mampu menghadapi diriku yang sangat tak acuh dengan lingkungan yang aku tidak ingin perdulikan.  Pria ini mampu mendamaikan hatiku ketika aku marah padanya,  dia bersedia mengalah hingga emosiku mereda, pria ini pun yang mampu membuatku punya rasa segan dan sungkan, pria ini mampu berbagi suka dan duka denganku.

Dia memang jauh dari sempurna dari pria impianku, yang kubayangkan jago main gitar, putih, berdagu nyakil dan tanpa kumis. Namun dia punya begitu banyak kasih sayang dan cinta yang senantiasa mengisi ruang hatiku. Kuberjanji akan menyayang, mengasih dan mencintai dia selamanya.

Kami menikah dan tumbuh bersama-sama dalam ketakwaan kami hanya padaNYA, mendidik  ketiga buah cinta kami, berbagi rezeki bersama, berbagi suka-duka, mudah-mudahan hingga ajal memisahkan kami, aamin.

Kami yakin,  rezeki kami adalah rezeki berdua yang diberikan Allah SWT dari segala penjuru yang tak pernah kita duga, sebagaimana yang firmanNYA  “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keluar dari kesusahan, dan diberikanNya rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkan keperluannya.” (Surah At-Talaq ayat 2-3)


Tidak ada komentar: