Kamis, 22 Juni 2017

Peran Istri/Suami dalam "Upaya Korupsi" yang akan dilakukannya pasangannya.

Tergeli hati ini untuk menulis ketika melihat kasus yang terjadi pada "Ridwan Mukti dan Istrinya" di televisi.


Sebagian teman-teman yang mengenal aku, tentu sudah sangat paham kenapa aku memutuskan tidak meneruskan proses menjadi seorang PNS ketika memutuskan menikah dengan seorang PNS.

Pelajaran matematika/stastiska sangat kupakai dalam berhitung guna mempersiapkan masa depan keluarga kami, aku sangat percaya rezeki sepenuhnya dari Allah SWT namun kami ingin memagari diri dari keadaan sekitar. Dan upaya bekerja di swasta/mandiri menjadi pilihanku.

Sepanjang pernikahan kami, selain gaji suami yang langsung masuk rekening, aku terbiasa bertanya asal uang yang diberikan suami untuk aku. Alhamdulillah sejak tahun lalu, setiap amplop yang diberikan sudah ada salinan bukti potong pajaknya, kalau sudah ada bukti potong pajak, aku tinggal baca. Dengan cara seperti itu, kami berdua berupaya menghindari diri dari mengambil yang bukan hak kami. Kami berdua terus saling mengingatkan. Kehidupan kami tidak berlebihan, namun sangat cukup dan membahagiakan.

Apa yang kami lakukan sering sekali kami bagi pada para teman dan kerabat yang baru menikah atau jika ada pasangan yang istri/suaminya mendapat promisi jabatan. Tidak sedikit yang merasa aneh dengan pengalaman yang kami bagi. "Apa-apaan sih mas/mba, nasehat kok begitu. Mas/mbak kayak enggak percaya sama kami." Kata mereka. Percayalah istri/suami punya andil untuk menghindari upaya korupsi yang dilakukan pasangan.

Indonesia sangat kaya, jika kesadaran pribadi untuk tidak mengambil yang bukan haknya di semua instansi, insya Allah, semua anak di Indonesia bisa mendapat pendidikan Dan kehidupan yang layak.

Yuk, mulai dari diri sendiri untuk tidak korupsi.

#GerakanAntiKorupsi #PerempuanAntiKorupsi

23 Juni 2017
Flora Sutrisno

Tidak ada komentar: