SMA Negeri 3 Depok, salah satu sekolah favorit yang terdapat di Depok. Namun, saat ini SMA Negeri 3 Depok menjadi lebih terkenal di masyarakat. Bukan karena mendapat prestasi yang membanggakan, namun karena terdapat banyak pemberitaan miring yang tersebar di media masa.
Nama sekolah ini sudah banyak tercantum di headline berbagai berita. Namun apakah semua yang tertulis itu benar? Mari kita lihat dari sudut pandang murid SMA Negeri 3 Depok.
Saat ini, SMA Negeri 3 Depok lebih dikenal karena diberitakan telah menelantarkan 400 siswanya. Yang saat ini tertampung di sebuah sekolah di dekatnya. Apakah benar? Benarkah benar "SMA Negeri 3 Depok Fillial" adalah bagian dari SMA Negeri 3 Depok?
Kita lihat beberapa faktanya:
-Pihak sekolah sama sekali tidak berhubungan sekolah fillial ini
-Tidak ada guru SMA Negeri 3 Depok yang mengajar di sekolah fillial ini
-Pihak sekolah, sudah menyatakan bahwa mereka tidak akan menerima murid baru di luar PPDB resmi.
Ini semua adalah kehendak Dinas Pendidikan Kota Depok. Merekalah yang memprakasai sekolah ini.
Murid yang ingin mendaftar pun, bukan mendaftar di SMA Negeri 3 Depok. Namun ke Dinas Pendidikan.
Itu semua adalah yang dapat dibilang cukup lama. Ada masalah baru sekarang.
Sekarang, murid-murid dari sekolah fillial tersebut mulai dipindahkan ke SMA Negeri 3 Depok. Dan ditempatkan di kelas-kelas yang sudah ada. Jumlah murid yang sebelumnya hanya 36 siswa per kelas, sekarang dapat mencapai lebih dari 42 siswa per kelas. Bisakah dibayangkan, bagaimana kondisi sebuah kelas dengan murid sebanyak itu?
Sekarang yang dirugikan adalah murid. Terutama kelas 10. Karena pembelajaran tidak dapat berjalan dengan kondusif. Kemudian juga, akan ada banyak siswa yang tidak mendapatkan buku pelajaran dari pemerintah. Dikarenakan jumlah siswa yang melebihi kuota buku per sekolah.
Beberapa peryataan yang saya dapatkan dari murid-murid kelas 10 pun bernada serupa. Mereka sepenuhnya menolah adanya murid-murid baru tersebut. Dengan sebab utamanya, akan menghambat proses pembelajaran mereka.
Kerugiannya tidak hanya sampai di situ, karena hal ini juga, Wakil Kepala Sekolah dalam semua bidang baik kesiswaan, sarana dan prasarana, hubungan masyarakat, dan juga kurikulum telah mengundurkan diri dari jabatannya. Apa dampak dari hal ini bagi murid selain kelas 10? Banyak! Dalam waktu dekat, SMA Negeri 3 Depok akan mengadakan acara tahunan yang diisi oleh berbagai acara. Tentu saja semua itu butuh perizinan bukan? Jika tidak ada Wakil Kepala Sekolah, kemana kami mengajukan semuanya? Dapat dipastikan semua acara akan terhambat. Benar-benar sebuah hal buruk bagi seluruh SMA Negeri 3 Depok.
Itu kerugian yang terlihat sampai sekarang, kita tidak tahu kedepannya apa lagi masalah-masalah baru yang akan muncul. Kami hanya berharap, agar pemerintah terutama dinas untuk meniadakan praktek fillial ataupun optimalisasi seperti ini.
Perlu diingat di sini, sekolah adalah sebuah institusi pendidikan. Yang seharusnya bebas dari praktek politik ataupun ladang pendapatan. Ini adalah tempat kami mencari ilmu, kami butuh ketenangan dan konsentrasi dalam belajar. Jangan ganggu kami dengan masalah-masalah ataupun intervensi dari pihak lain.
Coba Bapak/Ibu fikirkan dari sudut pandang kami. Kami tahu semua orang berhak mengenyam pendidikan, namun jika ingin bersekolah di sekolah negeri kenapa tidak berusaha dari awal? Tidak semua hal di dunia bisa didapatkan menggunakan uang. Jika untuk masuk sekolah negeri bisa dengan uang, buauntuk apa ada PPDB? Untuk apa kami belajar sekuat tenaga ketika kelas 9 untuk mendapatkan hasil terbaik? Apa bedanya sekolah negeri dengan sekolah swasta?
Sekali lagi, coba fikirkan kembali dari sudut pandang kami sebagai murid, sebagai seorang pelajar. Janganlah memaksakan kehendak yang justru merugikan orang lain. Karena sesungguhnya hal yang dipaksakan itu tidak akan baik pada suatu saat nanti.
Bagaimana caranya kita dapat hidup jujur, jika pada tingkat SMA saja kita dihadapkan pada hal seperti ini. Dimana praktek 'curang' seperti ini adalah hal yang diperbolehkan.
Jelas generasi muda sekarang rusak, karena orang tua yang sepatutnya menjadi contoh bagi kami malah melakukan hal yang tidak benar.
Inilah sedikit ungkapan fikiran dari kami, murid SMA Negeri 3 Depok. Semoga kita dapat mencapai sebuah titik terang, di mana pemerintah menindaklanjuti hal ini.
Bantulah kami menyebar tulisan ini, agar semua orang mengetahui hal yang sebenarnya terjadi di SMA Negeri 3 Depok.
Bahwa tidak sepenuhnya pemberitaan di media itu benar, dan juga bahwa ada hal yang lebih miris yang belum masuk ke media.
#SmantiJujur


