Kamis, 11 April 2019

MEMAHAMI PRILAKU ANAK & REMAJA DI MEDIA SOSIAL

Pola asuh anak & remaja saat ini berbeda dengan yang kita alami dulu. Komunikasi dengan mereka tidak bisa lagi dilakukan satu arah, seperti ketika ayah/ibu kita menasehati kita dulu, tidak boleh ini tidak boleh itu, dan sebagian besar dari kita, langsung nurut😁.

Anak & remaja saat ini butuh "alasan" mengapa kita melarang atau menganjurkan mereka untuk melakukan sesuatu hal. "Alasan" itu yang harus bisa diterima mereka, baru mereka mau melakukan/tidak melakukannya.
Karena itu Ayah-Bunda tidak boleh berhenti "upgrade" pengetahuan, banyak baca dan banyak diskusi dengan yang lebih ahli.

Sudah enggak zaman, anak & remaja harus menerima apapun yang orangtuanya katakan. Jangan bangga kalau anak kita seakan-akan menurut pada orangtua. Terbuka pada anak dengan diskusi yang sehat merupakan cara yang paling baik mendidik anak & remaja di era digital ini. Bukankah Kita lebih baik tahu yang sebenar-benarnya "siapa anak Kita" dan kita bisa membimbing mereka ketimbang mereka seakan-akan anak manis di depan kita padahal mereka punya kehidupan yang disembunyikan kita.

"Abis gimana bun, aku gaptek, enggak ngerti medsos bukan nggak peduli anakku ngapain aja", alasan yang paling sering saya dapat dari para orang tua. Padahal Kita bisa belajar, tanya kiri kanan, bukan hal yang sulit mempelajari aplikasi media sosial.

Anak & remaja sebenarnya senang juga berbagi berbagai aktifitas dan pemikiran mereka sama kok seperti kita, dan itu mereka membagikannya melalui media sosial, seperti Instagram, Snapchat, Youtube, Line.

Berdasarkan desk research yang Saya lakukan, untuk anak & remaja di Depok, lebih sering berbagi melalui Instagram terutama melalui IGstory. Kalau mereka lagi "gabut" biasanya mereka bikin story, jawaban-jawaban yang mereka berikan itu sebenarnya memberikan gambaran diri anak kita.

Yuk kita follow akun medsos anak kita, tidak perlu juga selalu kasih "like" atau "comment" postingan mereka, karena tujuan kita untuk mengikuti perkembangan anak kita, cukup jadi "silent follower" saja.  Tidak perlu langsung reaktif ats postingan mereka yang bisa jadi tidak sesuai dengan nilai yang kita terapkan. Santai saja, cari momen agar bisa diskusi sehat dengan anak kita.

"Bun, aman kok, aku udah followed akun anakku, enggak ada posting aneh-aneh, malah jarang posting." Hey.... Biasanya mereka punya dua akun, malah tiga akun. Hah???.....tarik nafas ya ayah bunda....Biasanya akun pertama merupakan akun yang dibuat untuk "pencitraan" agar bisa diakses public atau fake friends😂 mereka. Akun kedua dibuat untuk "inner circle" mereka, akun ini yang sebenarnya apa adanya mereka. Akun ketiga biasanya untuk kepoin yang mereka mau tahu tapi enggak ingin akun yang difollow itu tahu.

Kok bisa gitu? Ya, untuk Instagram, satu aplikasi bisa digunakan untuk 5 accounts. Kalau untuk aplikasi lain, mereka biasanya pakai "paralel space" "multi account pro" dan lainnya untuk punya lebih dari satu account.

Sebenarnya saya pribadi senang dengan fenomena ini, artinya anak sudah bisa memanage kehidupan medsosnya, walaupun awalnya sempat kaget juga ketika salah satu keponakan kedapatan punya 3 accounts. Akun pertamanya hanya 40 posts, akun keduanya 365 posts😂.

Kita tidak perlu terlalu khawatir karena sejatinya sebelum munculnya media sosial, manusia  berinteraksi secara langsung atau tatap muka.
Media Sosial merupakan sebuah media untuk berkomunikasi dengan lingkungan sosial melalui alat digital berupa ponsel, pc, atau tablet.  Media sosial memiliki peran yang sangat penting di kehidupan anak dan remaja pada era digital ini. Sebagai orang tua, kita punya kewajiban untuk membimbing mereka agar  bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak melakukan berbagai penyimpangan dalam media tersebut. 

(Saya menulis ini berdasarkan jawaban saya atas pertanyaan para orangtua.)