Rabu, 29 April 2015

Ketika Anak Menilai Orang Tuanya

Parent meeting tadi siang, begitu membuat hatiku aku deg-degan ketika ibu guru walikelas anak kami Sekar mengatakan bahwa hari ini ada empat hal yang akan disampaikan kepada para orang tua.
1.  Hasil UTS
2.  Hasil TO Provinsi 
3.  Hasil TO Kota 
4.  Hasil refleksi anak terhadap orangtuanya
Semua itu akan disampaikan dalam amplop tertutup.

Indifa Sekar Andjani,  anak sulung kami,  saat ini berusia 15 tahun,  kelas 9 dan sedang bersiap menghadapi UN SMP di tanggal 4 Mei nanti.

Hasil refleksi anak terhadap orangtuanya merupak bagian materi Bimbingan Konseling. Ketika itu anak-anak belum tahu kalau pada akhirnya apa yang mereka tuliskan akan sampaikan ke tangan ayah bundanya.


Ini bagian pertama ketika anak kami menilai ayah bundanya....



Ini bagian kedua, surat yang dituliskan Sekar untuk kami.

       

Kami tidak pernah tahu apa yang jadi ukuran keberhasilan kami mendidik anak-anak kami, sampĂ i anak kami menyampaikannya sendiri.

Nilai-nilai yang kami tanamkan tercermin pada kalimat-kalimat yang dituliskan Sekar "selalu dibolehin asal positif"; "teman makan"; "beman cerita"; "teman main"; "kami selalu mendukung apapun yang terjadi" dan Sekar tahu bahwa tujuan kami mendidik anak-anak kami agar anak kami sukses dan bermanfaat dalam kehidupannya.


Ah...I am crying now.

Kamis, 09 April 2015

Catatan dari WA Group Kiddy Tennis Club

Bunda klu bicara di tempat lain sebagai motivator ada rate-nya. Tapi buat Kiddyers, all is free.

Bunda mengeyampingkan ketersinggungan, enggak layak ngomong kayak gini. Please be focus pada peningkatan kualitas diri.  Karena yang membedakan diri kita dengan orang lain hanya kualitas diri.

Bunda perhatikan kaka ini selalu ada "excuse" untuk segala kegiatan.
Misalnya tiap latihan tennis, selalu tanya hujan atau tidak berkali-kali. Padahal sudah dijelaskan sudah tidak Hujan, lapangan saja yang sedikit basah.
Itu salah satu cara cari alasan buat memenuhi komitmen kita.
Semua orang punya urusan, semua orang punya kepentingan tapi kita harus bisa prioritaskan mana yang jadi komitmen kita.
Contoh lain, banyak perempuan yang menjadikan "haid"nya buat dimaklumi orang.  Kapan perempuan bisa maju kalau hal seperti ini dijadikan alasan.
Kalau bunda pasti langsung nanya..."memang yang haid lu doank?"

Hal lain, jika ada orang memberikan kritik atau saran, langsung kita cari alasan (sampai alasan yang tidak masuk akal sekalipun) untuk membela diri kita.
Hai...Hai...Hai
Pernahkah kita berpikir orang yang memberikan saran / kritik itu sebenarnya meningkatkan kualitas diri kita?